Yong He Gong

Yonghe Gong (Kuil Tibetan Lama) di utara Beijing selain memiliki daya tarik sebagai objek wisata, juga merupakan situs keagamaan yang paling menarik di kota Beijing setelah Kuil Surga dan layak untuk dikunjungi bila Anda berkunjung ke Beijing. Kuil buddhis ini memiliki beragam warna-warni yang indah, arsitektur abad 17 dan pusat Tibetan Buddhis yang aktif.

Sejarah

Yong He Gong dibangun pada tahun 1694 sebagai istana milik Pangeran Yin Zhen. Pada tahun 1723, ketika pangeran menjadi Kaisar Yong Zheng dan pindah ke Kota Terlarang, bangunan ini dibongkar ulang dan diberi warna kuning kerajaan dan dialihfungsikan menjadi sebuah kuil (sebagaimana adat biasanya).

Kuil ini kemudian menjadi sebuah tempat pendidikan lama pada tahun 1744, menjadi kediaman bagi para biksu buddhis dari Tibet dan Mongolia Dalam.

Setelah Perang Sipil di tahun 1949, kuil ini ditutup dan dinyatakan sebagai monument nasional. Ajaibnya, kuil ini lepas dari bahaya pengrusakan selama Revolusi Budaya. Kuil ini tetap tutup selama 30 tahun, dan setelah itu dibuka kembali terutama sebagai objek wisata.

Yonghe Gong merupakan sebuah pusat Tibetan Buddhis yang aktif tetapi didanai oleh pemerintah dan digunakan untuk menunjukkan bahwa pemerintah Cina menghargai kebebasan beragama kaum minoritas. Sesuatu yang menarik adalah Yonghe Gong perlahan-lahan mulai menjadi sebuah tempat peribadatan, melihat banyaknya orang Cina penganut Tibetan Buddhisme sekarang ini.

Apa yang Dilihat

Yonghe Gong merupakan sebuah kompleks yang menarik dengan atap yang dihiasi ubin-ubin kuning. Gerbang Yonghe berdiri sejak 1696 dan telah berfungsi sebagai patung penjaga surgawi. Di dalam kuil ini terdapat aula sembahyang, lapangan, dan beberapa pembakar dupa yang indah.

Falun Dian (Aula Roda Hukum Kebenaran) memiliki sebuah patung perunggu setinggi 6m dan lukisan-lukisan Tsongkapa (1357-1419), pendiri sekte Buddhisme Tibetan Topi Kuning (Gelug), yang sekarang ini menjadi aliran dominan dalam Buddhisme Tibetan. Singgasana di samping patung diperuntukkan bagi para Dalai Lama ketika mereka datang untuk mengajar Dharma.

Aula terakhir dan termasyhur dari lima aula adalah Wanfu Ge (Menara Sepuluh Ribu Kebahagiaan), yang menjadi tempat bagi sebuah patung Maitreya (calon Buddha) dengan gaya Tibetan setinggi 18m. Patung ini merupakan sebuah hadiah bagi Kaisar Qianlong dari Dalai Lama Ketujuh.

Source:

http://www.sacred-destinations.com/china/beijing-yonghe-gong-lama-temple.htm

‘Ku Lau The Lun Hui’ Lyric

Wo Men Liu Kwo Sie Han Ye Liu Kwo Suan Chu Ti Lei
Kita semua pernah mengeluarkan keringat/darah, juga pernah mengalirkan air mata yang sedih

Ce Wei Liau Yi Khou Khou Ti Fan Na Yi Phiau Phiau Ti Sui
Hanya demi sesuap nasi dan beberapa tetes air

Sui Pu Chen Cing Mi Cui Sui Pu Chen Cing Sang Pei
Siapa yang tak pernah merana, siapa yang tak pernah bersedih

Mi Mi Hu Hu Ti Phai Hui Cai Ce Ku Lau Te Lun Hui
Tak sadar sedang mondar mandir di dunia tumimbal lahir yang usang

Tuo Sau Nien Wo Phiau Po Se Fang
Sudah beberapa tahun kita bekelana di empat penjuru

Huan Hui Ti Se Na Sie Chang Sang
Yang didapati hanyalah penderitaan belaka

Tuo Sau Nien Wo Pei Cuo Shi Wang
Telah lama kita selalu mengharap

Ce Huan Hui Wu Yen Ti You Sang
Yang didapati hanyalah kesedihan yang tak dapat diuraikan dengan kata-kata

Lun Hui Ku Lau Te Lun Hui Wo Pu Yen Cai Hui Wei
Tumimbal lahir oh tumimbal lahir yang sudah usang, kami tak akan kembali memasukinya lagi

Mo Tiau Yen Li Ti Sang Pei Rang Wo Men Pa Tha Fen Sui
Hapuskan semua air mata kesedihan, mari kita bersama-sama hancurkan tumimbal lahir

Sumber:

http://www.facebook.com/notes.php?id=256726097335&style=1#!/note.php?note_id=285369987185