Tidak Ada Cinta Kasih

Terdapat seorang wanita tua di Cina yang telah menyokong seorang bhiksu selama lebih dari dua puluh tahun. Dia telah membangun sebuah gubuk kecil untuk bhiksu tersebut dan memberinya makan ketika ia sedang bermeditasi. Akhirnya ia bertanya-tanya kamajuan apa yang telah berhasil bhiksu itu capai selama ini.

Untuk mengetahuinya, dia meminta bantuan seorang gadis. “Pergilah dan peluklah dia,” ia berkata kepadanya, “dan kemudian tanya padanya: “Bagaimana sekarang?””

Gadis itu memanggil bhiksu tersebut dan tanpa banyak basa-basi memeluknya, bertanya kepadanya apa yang akan ia lakukan.

“Sebuah pohon tua yang tumbuh di atas batu yang dingin di musim dingin,” jawab bhiksu itu agak puitis. “Tidak ada kehangatan dimanapun.”

Gadis itu kembali dan menceritakan apa yang dikatakan bhiksu tersebut.

“Memikirkan kalau aku sudah memberi makan orang itu selama dua puluh tahun!” seru wanita tua dalam kemarahan. “Ia tidak menunjukkan pertimbangan tentang kebutuhan anda, tidak ada percakapan untuk menjelaskan kondisi Anda. Dia (boleh saja) tidak menanggapi hal itu dengan gairah, tetapi setidaknya dia seharusnya membuktikan belas kasihnya.”

Dia segera pergi ke pondok bhiksu tersebut dan membakarnya.

for english version, please check here:

http://www.ashidakim.com/zenkoans/6noloving-kindness.html

Jika Kau Cinta, Cintailah Terang-Terangan

Dua puluh bhiksu dan seorang bhiksuni, yang bernama Eshun, sedang berlatih meditasi dengan seorang guru Zen.

Eshun sangat cantik meskipun kepalanya dicukur gundul dan pakaiannya biasa-biasa saja. Beberapa bhiksu diam-diam jatuh cinta padanya. Salah satu dari mereka menulis sebuah surat cinta, menekankan pertemuan pribadi.

Eshun tidak menjawab. Hari berikutnya sang guru memberikan ceramah kepada para bhiksu-bhiksuni tersebut, dan ketika sudah selesai, Eshun berdiri. Berbicara kepada orang yang telah menulis surat itu kepadanya, ia berkata: “Jika Anda benar-benar begitu mencintai saya, datang dan rangkullah aku sekarang.”

for english version, please check here:

http://www.ashidakim.com/zenkoans/5ifyoulove.html

Ketaatan

Khotbah Guru Bankei tidak hanya dihadiri oleh murid-murid Zen tetapi juga dihadiri oleh orang-orang dari berbagai kalangan dan aliran. Dia tidak pernah mengutip sutra dalam khotbahnya. Sebaliknya, kata-katanya diucapkan langsung dari hatinya dan ditujukan langsung ke hati para pendengarnya.

Melihat jumlah pendengarnya yang banyak membuat marah seorang pendeta dari aliran Nichiren karena pengikutnya telah pergi untuk mendengarkan ajaran Zen. Pendeta Nichiren tersebut datang ke kuil, bertekad untuk berdebat dengan Bankei.

“Hei, Guru Zen!” ia memanggil. “Tunggu sebentar. Siapa pun yang menghormati Anda akan menuruti apa yang Anda katakan, tetapi orang seperti diriku tidak menghormati Anda. Dapatkah Anda membuat saya taat pada Anda?”

“Ayo kemarilah, dan aku akan menunjukkannya kepada Anda,” kata Bankei.

Dengan bangga pendeta itu menerobos kerumunan yang ada disana.

Bankei tersenyum. “Datanglah ke sisi kiri saya.”

Pendeta itu mematuhinya.

“Tidak,” kata Bankei, “kita dapat berbicara lebih baik jika Anda berada di sisi kanan saya. Kemarilah.”

Pendeta itu dengan bangga melangkah ke kanan.

“Anda lihat,” kata Bankei, “Anda mematuhi saya dan saya pikir Anda adalah orang yang sangat lembut. Sekarang duduk dan dengarkan.”

for english version. please check here:

http://www.ashidakim.com/zenkoans/4obedience.html