For Goodness Sake

Tentang kebaikan hati….

for goodness sake

Berbuat kebaikan bukanlah perkara yang mudah. Tak banyak yang bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Terkadang hanya diliputi rasa terpaksa. Bahkan tak sedikit yang berdusta.

Berbuat kebaikan bukanlah hal yang indah. Tak banyak yang bisa melakukannya dengan penuh kesadaran. Terkadang ada begitu banyak kesedihan. Bahkan tak sedikit pengorbanan yang harus dilakukan.

Berbuat kebaikan bukanlah sekedar memberi. Tak banyak yang memberi setulus hati. Terkadang hanya untuk mendapatkan prestasi. Bahkan tak sedikit hanya untuk menarik simpati.

Berbuat kebaikan bukanlah perkara yang sulit. Tak sedikit yang bisa melakukannya dengan sepenuh hati. Terkadang hanya diperlukan cinta. Bahkan tak sedikit yang memberikan harta.

Berbuat kebaikan sungguh hal yang indah. Tak sedikit yang bisa melakukannya dengan penuh kesadaran. Terkadang ada begitu banyak kebahagiaan. Bahkan tak sedikit senyuman yang mengembang.

Berbuat kebaikan mungkin ‘sekedar’ memberi. Tak sedikit yang memberi setulus hati. Terkadang tangan ini saling bersentuhan. Bahkan tak sedikit hati yang saling bertautan, mendengarkan ia yang mengucapkan ‘Terima Kasih’ dengan sepenuh hati….

Solo, 11 April 2009

Dunia ini sakit. Setidaknya begitulah yang saya lihat. Ada begitu banyak orang yang kian tidak peduli satu sama lain. Malah kejahatan semakin menjadi-jadi. Saya rasa timbulnya konsep Ratu Adil atau Nabi Penyelamat bukannya tanpa dasar. Kita bisa lihat kenyataannya. Entah sejak kapan manusia mulai berubah menjadi semakin arogan. Berkata lain berbuat lain. Entah apa yang ada di dalam pikiran dan hati seseorang tidak ada yang tahu. Tak ada lagi rasa peduli dan kasih sayang satu sama lain. Yang ada hanya kompetisi dan kesenangan melihat keunggulan diri sendiri. Padahal itu bukanlah hal yang utama. Namun berkat komersialisasi dan kapitalisme telah terjadi begitu banyak perubahan dalam sifat manusia. Semakin lama saya merasa semakin serakah. Tak tahu lagi mana yang patut saya percaya, bahkan pada diri saya sendiri.

Bumi ini sedang sakit. Setidaknya begitulah menurut saya. Dulu bumi ini hijau, indah, dan segar. Itulah yang sering terbayang dalam benak saya. Namun entah sejak kapan bumi ini semakin sakit. Batuk-batuk tak karuan. Demam panas tak kunjung sembuh-sembuh. Kita yang tinggal didalamnya ikut merasakannya. Dan sadar kah kita? Bahwa bumi sakit karena kita…

Solo, 11 April 2009. Siang hari. Saya baru saja selesai makan di Rumah Makan Eny. Begitu hendak melangkah keluar saya melihat ada seorang wanita tua, hitam, dekil, lusuh. Dan yang pasti dia miskin. Tergerak hati saya untuk berdana. Tapi apa daya, saya penakut. Tak punya keberanian untuk mendekatinya karena dia begitu lusuh dan kotor. Belum lagi tidak ada uang kecil dalam saku. Yang ada hanya uang besar semua. Tiba-tiba seorang pria yang menjadi juru parkir di depan rumah makan tersebut berjalan melewati saya. Kemudian dia memberikan sebungkus es teh manis. Rupanya dia mengerti bahwa si wanita tua tadi berjalan cukup jauh dan lelah. Menerima kebaikan walau hanya sebungkus es teh manis membuat wanita itu berseri-seri bahagia. Dahaganya terpuaskan. Tiba-tiba saja seorang wanita cina muncul dan memanggil si ibu tua. Dia memberi uang yang cukup banyak saya kira untuk seukuran pengemis. Apa yang terjadi sungguh menyentuh hati. Wanita tua itu tersenyum sedemikian tulusnya. Sehingga tidak tampak lagi bajunya yang lusuh atau badannya yang kotor. Yang saya lihat hanyalah senyuman menawan yang mengembang di mukanya yang berseri-seri seraya mengucapkan terima kasih. Saya tersentak! Sudah lama saya tidak melihat wajah yang begitu berseri-seri bahagia dan penuh rasa syukur. Mungkin bagi si ibu cina tadi itu bukanlah uang yang banyak. Namun dia menerima rasa syukur ibu tua tadi juga dengan setulus hati, kemudian berjalan pergi (mungkin menuju mobilnya). Sedangkan ibu tua tadi masih saja terlihat bergembira dan (mungkin dalam hatinya mendoakan kebahagiaan bagi juru parkir dan wanita cina tadi). Kemudian dia berjalan pergi dan menjauh. Saya yang berdiri disana walau hanya sesaat merasakan waktu berputar cukup lambat ketika itu. Ternyata ada 2 buah kejadian luar biasa yang terjadi tepat di hadapan saya. Saya sendiri merasa sedikit malu karena tidak melengkapi peristiwa sehari-hari yang kian langka itu. Namun melihat kebahagiaan wanita tua itu membuat hati saya ikut bergetar bahagia (walaupun tidak jadi memberi). Semoga dia berbahagia. Semoga mereka semua berbahagia.

Kejadian sederhana itu mengubah pikiran saya. Dunia dan bumi ini mungkin saja sakit. Mungkin malah sakit berkepanjangan yang tak sembuh-sembuh. Namun satu hal yang pasti adalah dunia dan bumi ini akan masih terus bertahan. Bila masih ada orang-orang yang peduli dan mau berbagi kisah, bila masih ada orang-orang yang penuh cinta dan mau berbagi derita. Dunia dan bumi ini akan masih terus bertahan untuk waktu yang lama. Semoga semua makhluk berbahagia….

Sadhu… Sadhu… Sadhu…