Mencari Alasan

mencari alasan

Ada banyak alasan di dunia ini. Tidak perlu jauh-jauh, bahkan di sekitar kita juga terdapat banyak alasan. Alasan pertama yang saya temukan adalah alasan untuk mencintai. Dan cinta terbesar yang pernah dialami semua manusia adalah cinta ibu pada anaknya.

Mungkin saya tidak pernah ingat, betapa susah dan payahnya ibu melahirkan kami berdua yang lucu ke dunia ini. Bayi kembar dengan bobot yang tidak setara tetapi tetap saja gemuk-gemuk. Pasti sulit sekali dan berbahaya. Ini adalah bentuk dan kekuatan cinta murni sejati yang dialami oleh setiap orang. Dan untuk itu kita patut mengucapkan selamat pada si ibu karena dia telah mengajarkan pelajaran berharga pertama bagi anaknya: belajar untuk mencintai.

Saya kira saya termasuk orang yang cukup beruntung. Ada banyak pengalaman yang saya alami walau tidak semua seindah kenangan yang ada. Jika saya mau jujur dan berkata dari hati, mungkin saya malah selalu membuat orang lain kecewa. Apalagi saya termasuk orang yang mau enaknya sendiri. Tetapi apa daya, itulah manusia. Namun coba kita bayangkan, bagaimana rasanya tinggal di jalur perang seperti di Gaza atau sebagai etnis minoritas Rohingnya yang terapung-apung. Sungguh tidak terperikan dalam benak kita semua. Tetapi perang, diskriminasi dan kejahatan lainnya selalu ada di dunia. Dan apakah kita bisa menggunakan alasan: “yah, begitulah dunia? Begitulah manusia yang hidup di dunia?” Apakah itu yang disebut cinta? Jelas tidak. Itu hanyalah sebuah bentuk ketidakpedulian saja. Dan pada akhirnya, kita pun sama saja. Hanya sedikit sekali orang yang mengerti dan mengambil posisi untuk mencintai mereka-mereka yang terjebak dalam perang dan diskriminasi. Dan untuk mereka yang sedikit itu, saya angkat topi…

Dan sesungguhnya apa yang mereka punya sehingga mereka selalu berbuat baik dan memberikan cinta pada orang lain yang tidak mereka kenal? Saya kira itu disebut dengan alasan untuk mengerti. Mungkin mereka adalah orang-orang kaya, mungkin pula mereka biasa saja seperti saya. Mungkin mereka pernah mengalami kejadian serupa, mungkin pula mereka hanya ingin sekedar membantu. Entah apapun alasan intrinsik yang mendorongnya, mereka tetap memiliki sebuah alasan – alasan untuk mengerti dan ingin memahami kesedihan dan penderitaan orang lain.

Ada pula alasan untuk melepas. Terkadang kita memang tidak selalu bisa bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Terkadang pula kita tidak bisa menumbuhkan rasa peduli dan mengerti kepada orang lain. Di saat-saat inilah alasan untuk melepas menjadi pilihan. Tidak lagi bisa bersama, tetapi lebih baik melepas sehingga yang terasa adalah kenangan indah dan bukan sebaliknya. Dan alasan ini mungkin bukan alasan tersering yang ita alami, tetapi alasan ini juga alasan tersulit untuk dipelajari.

Dari tiga alasan tersebut, kita semua masih belajar. Belajar untuk mencintai, belajar untuk mengerti, dan belajar untuk melepas. Semua ini dibutuhkan dalam kehidupan kita agar kita bisa selalu berbahagia. Entah ada alasan di balik ini semua, yang jelas kita patut mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang telah mengajarkan pelajaran berharga ini dalam hidup kita. Terima kasih….

Be happy…

Masih mencari alasan-alasan terkubur lainnya…